First Day – Libur Natal


Yeaahhh,, it’s holiday lhoo.. seneng ya?? Koprol deh koprol.. haha :D
Well, bagi sebagian orang long weekend seperti ini tu mungkin akan sangat menyenangkan. Bisa berlibur sama keluarga, ngrayain natal bagi yang merayakan, intinya bersenang-senang. Tapi,,, buatku holiday kali ini tu nothing!
\
Why…?? Because eh because di liburan kali ini aku nggak pulang kampuang. (Terus salah gue? Salah emak gue?) Alright,, nggak ada yang salah kok tenang aja. Tapi selama empat hari ini aku mau ngapain..? Coba bayangin, liburan begini aku cuma dikos-an. Liatin ujan datang tiba-tiba sampai ujannya berhenti gitu? Lama-lama bisa jadi kepompong nih aku.. hadeh..

Beberapa minggu belakangan ini Indonesia memang sering diguyur ujan. Anehnya di Jakarta nggak pernah berasa dingin waktu ujan turun, kecuali kalian lagi di ruangan AC dengan derajat yang sangat minim ya… Wait,, aku ada cerita niy di hari pertama long weekend ini. Tadi di daerah mampang prapatan ujannya lebat banget. Mending cuma ujan aja, tapi ini sama badai lhoh.. Wow,, badai di depan mata. Sendirian pula dikos-an. Alhasil ngumpet di dalam kamar deh. Aih aih apes :/

Lagi lagi sendirian itu nggak enak, bener deh. Sendirian terasa istimewa itu cuma diwaktu aku cari ilham buat nglukis. Haha :D
Kenapa aku nggak suka sendirian?? Ini sekaligus menjawab postingan sebelumnya bahwa aku tak bisa hidup sendiri. Well, satu alasan kenapa aku nggak mau sendirian adalah karena.. ketika sendirian mendadak jadi melowdrama :D
Mungkin teman-temanku bisa dibilang sangat jarang melihat aku sedih atau nangis di depan mereka. Itu karena aku bisa melupakan semua masalah kalau aku nggak sendirian. Karena banyak yang bisa dibahas selama kita nggak sendirian. Dan sekalinya sendirian,, hmmm bayangin sendiri deh.. nangis itu senjata utama. I hate it.

Ini sebenernya mau bahas apa sih?? Haha :D
The point is… hari pertama di libur natal ini cuma ada kesendirian, kesepian, dan kesedihan. We’ll see gimana esok ya.. I hope better than today. >.<

Aku dan Jakarta


Hari yang terus berganti semakin lama bukan semakin membuatku melupakan begitu saja setiap masalah. Justru bergantinya hari membuat masalah yang ada semakin lama semakin bertumpuk. Penuh dan sesak di dalam hati yang sempit.

Eitss,, jika kalian mengira aku membahas kegalauanku di postingan sebelumnya, kalian salah besar. Ini tentang hidup baru. Lembar yang baru seumur jagung terbuka atau lebih tepatnya ku buka sendiri untuk masa depanku sendiri pula. Hmm,, bingung ya? Hehe

Intinya adalah…. Saat ini aku memulai untuk hidup mandiri. Di kota besar nan ramai dan tak pernah sepi.  Kota besar yang disebut-sebut sebagai kota metropolitan yang kejam. Ibu kota Indonesia yang seolah meng-anak tiri-kan rakyatnya. Ya seperti itulah Jakarta. Hidup itu memang kejam teman, namun semua tergantung bagaimana kita menyikapi kekejaman yang ada. Memilih untuk menjadi lemah dan dikasihani, kuat dan jalani saja, atau bahkan lebih kuat dan ikut menjadi kejam. Haha

Hidup ini pilihan. Pilihan yang sebenarnya sulit untuk dapat dipilih karena tidak semua yang kita inginkan akan semudah itu terwujud. Aku lebih senang menyebut hidup ini adalah sebuah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan apa yang selayaknya kita dapatkan. Dan setiap perjuangan pasti ada jatuh bangunnya. Kita harus bisa berlapang dada dengan masalah yang datang silih berganti. Ikhlas menjalani apa yang sudah kita pilih dengan segala resikonya. Berteman dengan masalah.

Aku percaya bahwa Tuhan menciptakan kita bukan hanya untuk bersenang-senang, namun juga merasakan semua yang dapat kita rasakan selayaknya manusia. Sedih, marah, jengkel, dan berakhir bahagia (semoga). Entah bahagia atau tidak kita harus tetap percaya bahwa hidup kita akan berakhir bahagia. Karena hidup tanpa percaya itu nothing, teman. Right??

Back to the topic, tentang masalah yang ku hadapi saat ini. Kali pertamanya aku menghadapi masalah di dunia kerja. Yah, maklum fresh graduate yang masih ecek-ecek di dunia kerjaan. Baru juga nyemplungin kaki, tapi udah teriak-teriak minta tolong sekarang. Haha :D

Mamaaaaa,, aku pengen pulaaanggg… :’(

Well, aku merasa dipermainkan disini. Mungkin karena belum pengalaman kali ya? Tapi rasanya sakiiiitt banget. Rasanya seperti nggak dihargai sebagai manusia yang butuh hidup (haha.. lebay :P). Apa yang aku jalani sekarang melenceng dari perjanjian awalku dengan perusahaan mawar (bukan nama sebenarnya :D). Intinya, aku dituntut untuk mengerjakan ‘sesuatu’ demi mendapatkan kenaikan yang dijanjikan di awal. Padahal di perjanjian awal nggak ada kata ‘sesuatu’ itu disebut-sebut. Sebenarnya kalau dipikir-pikir dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih, hal ini tidak menjadi masalah buat aku. Tapi ketika ‘sesuatu’ itu seolah menjadi dipaksakan disaat kita sedang dalam kondisi dikejar deadline tuh rasanya pengen banting meja, kursi, dan apa pun yang ada di dekat kita (wew,, ngeri juga --a). Marah? Kesel? Sedih? Pastilah.. tumpah ruah deh pokoknya. Orang yang kita hargai dan kita percaya selama ini menjadi seperti musuh dalam selimut. Iiiuuuuwwww…

Well, hidup memang penuh liku-liku. Jadi teringat kata-kata seorang sahabat dengan bahasa jawa medoknya kurang lebih begini, “Kudune kowe isin nggun. Delok o wong-wong sing gelem kerjo opo wae ning Jakarta we dho ra protes. Mosok kowe gek ngene wae meh nyerah”, inti dari kata-kata asing ini adalah harusnya aku malu dengan orang-orang yang mau kerja serabutan apa pun di Jakarta da mereka tidak pernah protes atau mengeluh, sedangkan aku baru dapat cobaan seperti ini saja udah mau nyerah. Setelah dipikir-pikir, memang benar kata sahabatku itu. Jika aku memandang hidup adalah sebuah perjuangan, maka aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku harus tetap bertahan dan mencoba berteman dengan masalah.

Finally, hingga saat ini aku masih mencoba untuk tetap berdiri dan bertahan di sini. Berjuang untuk mendapatkan yang memang selayaknya ku dapatkan. Berlapang dada dengan cobaan yang menghempas. Lagi-lagi semoga. Semoga semua berakhir seperti yang ku harapkan. Hope and Pray :D

Rindu


Gimana rasanya ketika kita merasa tak bisa hidup sendiri, tapi sekarang harus terima kenyataan bahwa kita memang hidup sendiri?? Wow,,
Melihat sisi kanan kosong, sisi kiri hampa, ke depan sepi, ke belakang apa lagi :D
Tersadarkan pikiran bahwa kita memang sendiri. Dulu tak pernah kita sebut dan pikirkan karena memang selalu ada di sekitar kita. Namun, sekarang berkali-kali kita sebutkan. Bahkan di setiap mimpi kita ikut nimbrung :D

Merindukan orang tua yang selalu ada di setiap hari kita dengan berbagai petuah dan wejangannya. Merindukan kakak-kakak yang lahir dengan keunikannya masing-masing. Yang perhatian, yang pelit, yang sayang, yang cuek, yang bawel. Komplit. They’re my brother and sister. Haha :D
Merindukan ponakan yang lagi lucu-lucunya (nurut aja disuruh ngapa-ngapain >.<)
Merindukan sahabat-sahabat yang selalu ngintilin kita kemanapun kita pergi (*ups kebalik, gue yang ngintil :D)
Merindukan teman-teman yang selalu ribut dan ngajak maen kartu sampai malam.
Merindukan teman-teman yang suka ngajakin nongkrong (alibi),  kuliner dan berpetualang.
Merindukan teman-teman yang suka ngajakin kucingan dan karoke.
Pokoknya ini judulnya Rindu yah.. haha :D

Nggak banyak kata ah,, pokoknya miss them so much :*



Kupu-kupu yang Menanti Cahaya Kunang-kunang

Kupu-kupu telah terluka oleh hujan

Hujan menerpa begitu kencang
Hujan membuat gelap
Kesakitan
Tak dapat melihat 

Kupu-kupu itu membutuhkan cahaya
Cahaya yang dapat meneranginya
Cahaya abadi dari si kunang-kunang

Kunang-kunang telah datang
Namun hanya sebentar
Hanya meneranginya hingga hujan berhenti
Namun mendung itu masih ada

Kupu-kupu sendirian
Sedih 
Menginginkan kunang-kunang
Bukan hanya cahayanya saat hujan
Namun cahaya abadi untuk selamanya

#terinspirasi dari kisah salah seorang sahabat :)

Lelah


Tuhan aku lelah menitikkan air mata
Aku lelah,
Aku lelah,
Sungguh sangatlah lelah

Aku mohon Tuhan akhiri semua ini
Biarkan dia terbang jauh, jauh, jauh
Meraih segala yang ingin diraihnya
Meski tak bisa lagi aku menggapainya
Biarkan,

Aku lelah,
Aku lelah,
Sungguh sangatlah lelah.

Sahabat Jadi Cinta - Zigaz

Kuhantarkan bak di pelataran
Hati yang temaran
Matamu juga mata mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarang

*
Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta

Reff :
Tak bisa hatiku merapikan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya

Kudapati diri makin tersesat
Saat kita bersama
Desah nafas yang tak bisa teruskan
Persahabatan jadi cinta

Back To *
Back to Reff

Reff:
Apa yang kita kini tengah rasakan
Mengapakah kita coba persatukan
Mungkin cobaan untuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan 

Telescope- Hollywood Nobody

You've been alright
Without me all along
The fact that upsetting
Yet a lil bit relieving
Time is a mystery
Space is a myth
Can't be sure where you're going
The darkness tells me nothing
We're walking on a different space and time
And I can see you're doing okay
Though I'll be using telescope
Capturing your moves
Deliver love you might not received, not received

Dear Kamu,, (ungkapan kejujuranku)


Dear kamu,,
19 Mei 2012,, ku ungkap semua yang telah memuncak di dalam hati. Lewat blog ini ku tulis rahasia yang ku simpan rapat selama 2 tahun (Rahasia itu adalah Kamu). Berharap kamu tidak mengetahuinya. Namun, keresahan dalam jiwaku justru membuatku melakukan kebodohan dengan menulis status di jejaring sosial dan membuatmu tau!

Dear kamu,,
26 Mei 2012,, aku membaca It’s too complicated.  Ku katakan dalam statusku “
apa itu jawabannya?? kalau iya, saya mengerti dan saya percaya km org yg baik .. dari dulu sampai sekarang dan sampai kapan pun saya tetap percaya itu :)”. Aku tau kamu, meski tak setau dirimu tentang aku. Seperti yang kamu katakan “I know u so well.. But, u don't know me so well... Dan aku bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang tak aku tau dan kenapa aku tidak tau? Karena kamu yang tidak membiarkan aku tau, atau memang aku yang tidak peka?
Satu kalimat yang cukup membuatku terkejut dalam catatan itu “
Setidaknya kita pernah saling mencinta meski tak sempurna..”. Benarkah? Kapan? Ini cukup membuatku untuk tersenyum, meski pada kenyataannya telah berakhir.
Satu lagi pertanyaan untukmu. Apa yang kamu maksud dengan kata-kata “
Namun, masih ada disana.. Untuk kita berdua.. Dalam jarak, dalam ruang, dalam waktu yang berbeda.. ”??  
Sesungguhnya,, sejak hari itu aku mengerti apa yang kamu maksud. Dan sejak hari itu mulai timbul rasa takut dan malu untuk bertemu lagi denganmu.

Dear kamu,,
1 Juni 2012,, masih dengan ketakutanku bertemu denganmu. Entah mengapa firasatku benar. Benar, aku bertemu denganmu saat itu. Dalam keadaan yang sedikit berbeda bahwa kita telah sama-sama tau apa yang terjadi sebenarnya. Yang membuatku takut untuk menatapmu. Yang seketika menundukkan kepalaku. Berpura-pura memainkan ponsel seolah tak melihat kamu dan teman-temanmu. Namun, kamu menyapaku. Mengejutkanku. Tersenyum hambar dan melambaikan tangan, jurus tercepat yang dapat aku lakukan.
Ketika pulang, sebenarnya aku tak sanggup melihatmu lagi. Dengan mencoba melewati jalan berbalik arah darimu dan teman-temanmu.  Namun, teman-temanku melarangku. Mereka menyarankan untuk tetap bersikap biasa dan berpura-pura tidak tau bahwa kita telah sama-sama tau. Dan pada akhirnya itulah yang aku lakukan.

Dear kamu,,
12 Juni 2012,, aku ujian Skripsi. Dengan pikiran yang kacau. Teman-teman meyakinkanku untuk tidak memikirkanmu sementara. Sulit. Bahkan kamu datang bersama teman-temanmu,, dengan ‘baju’ itu. Jujur, kedatanganmu membuat pikiranku tambah kacau. Aku lakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan saat itu. Dan bersyukur semua berjalan lancar.

Dear kamu,,
13 Juni 2012,, kamu mengatakan ingin bertemu denganku. Dengan alasan menceritakan ‘sesuatu’. Aku sudah menebak apa yang akan kamu katakan. Tentang kita. Bukan tentang kamu dan orang lain. Aku mencoba untuk tetap bersikap ‘biasa’ saja. Dan berpura-pura tidak tau.

Dear kamu,,
20 Juni 2012,, setelah semua terungkap. Sedih,, pasti! Tak bisa ku pungkiri lagi. Menyesal,, iya sedikit. Sedikit menyesal kamu mengetahuinya. Tak menyangka. Dan masih tak percaya hari itu benar terjadi. Telah ku katakan bahwa aku menyayangimu tanpa mengharap apa pun darimu. Dan kita menerima penjelasan masing-masing hari itu. Meski aku lebih banyak ‘diam’. Yang sebenarnya karena pikiranku terbagi. Memikirkan ini benar terjadi  dan memikirkan kenapa kamu menjadi terlihat kurus?? (Out of Context :D). Seharusnya,, clear,, semua selesai. Namun, satu yang aku lupa dan mungkin bukan lupa tapi tak bisa keluar dari mulut ini. Satu pertanyaan tentang alasanmu mengatakan “jawaban” itu. Karena sebenarnya aku sendiri tidak menuntut kamu mengatakan jawaban, bahkan tidak menginginkan kamu mengatakannya. Karena aku tau akhirnya. Bahkan jika boleh memilih, lebih baik kamu benar menceritakan tentang kamu dan orang lain daripada menjelaskan tentang kita.
Tentang Film Crazy Little Thing Called Love, kenapa kamu mengatakan bahwa kamu belum sempat melihatnya? Karena kamu kehabisan bahan pembicaraan atau kamu tau maksud aku melihat film itu? Hmm,,
Hari itu,, setelah kamu pulang. Aku hanya bisa menangis disaksikan ketiga sahabatku yang diam dan membiarkanku hingga tenang. Dengan jari jemari yang terus mengetik kata demi kata Revisi Skripsi. Itu luar biasa,, otakku terasa terbelah dua. Pesan terakhir darimu hari itu,, ‘jadilah dirimu sendiri’.

Dear kamu,,
1 Juli 2012,, ku tuliskan dalam pena-patahku sebuah doa. Lebih tepatnya harapan-harapan yang ada dalam benakku. Dan aku mengatakan “
Tuhan, jujur saat aku pergi meninggalkannya nanti entah kapan aku ingin melihat senyum termanisnya. Aku ingin usapan tangannya di kepalaku. Dan lambaiannya padaku. Karena mungkin itu akan menjadi kesempatan terakhirku”. Kamu pun menjawab melalui statusmu. Kamu pastikan kamu ada pada saat itu dan aku anggap itu janjimu. Tapi kenapa kamu katakan “Senyum manisku, Tawa candaku, kan slalu ada dalam kenangan indahmu..”?

Dear kamu,,
14 Juli 2012,, menjadi hari bahagiaku. Tepat hari itu merupakan hari wisudaku. Aku senang kamu tidak melupakanku. Hari itu hanya akan menjadi kenangan. Kenangan dalam potret kita berdua. Yang hanya bisa aku pandang hingga sekarang.

Dear kamu,,
15 Juli 2012,, kita bertemu untuk merayakan pertambahan usia teman, sahabat, atau kakak kita. Dengan keadaan yang sedikit berbeda. Dengan senyum yang sedikit berbeda. Dengan hati yang sedikit berbeda. Hari itu aku tekankan aku akan pergi. Sesungguhnya hanya ingin kamu tau. Dan hanya ingin melihat sedikit responmu. Memang aku yang berlebihan. Namun aku hanya ingin tau.
Kepergianku telah aku putuskan sejak aku tau ‘jawaban’ kamu. Bagaimanapun aku harus pergi. Aku tau hari itu menjadi hari perpisahan kita sebelum aku pergi. Hingga malam kita habiskan bersama teman-teman. Aku senang dengan perhatianmu malam itu ketika kamu mengantarkanku pulang. Meski itu wajar. Seharusnya itu menjadi biasa. Tapi tidak bagiku.

Dear kamu,,
16 Juli 2012,, aku membeli ikan yang memang dari awal ingin aku berikan padamu. Black Ghost menjadi pilihan yang tepat bagiku. Aku beri nama Chill yang berarti dingin.

Dear kamu,,
17 juli 2012,, ku beritahu keberangkatanku 2 hari lagi. Aku mengerti, saat itu kamu berusaha menepati janjimu. Namun pada akhirnya, aku katakan tak perlu mengantarkanku. Meski berharap kamu tetap datang.  Hanya karena aku tak mau kamu melihatku menangis. Dan berharap ada kesempatan kedua untukmu menepati janjimu.
Aku menangis sejadinya di sudut kamar ketika tahu harus berangkat besok malam. Lebih awal dari rencana.

Dear kamu,,
18 Juli 2012,, hari yang tak ku sangka. Aku harus berangkat lebih cepat dari rencana semula. Hari itu kesempatan terakhirku untuk berpamitan denganmu dan memberikan Chill padamu. Namun, ketika tiba di rumah, kudapati Chill yang telah mati. Lemas. Diam. Menangis. Ku urungkan niatku untuk bertemu denganmu untuk sekian kali.
Hingga menit terakhir aku menunggu. Berharap ada dirimu yang tiba-tiba muncul mengucapkan selamat jalan. Menepati janjimu semula. Namun, tidak. Pikiran bodoh. Aku tau itu takkan mungkin. Di sepanjang perjalanan yang sunyi. Hanya bisa menangis. Apa yang bisa aku lakukan selain menangis. Mungkin kamu akan menganggapku cengeng. Kekanak-kanakan. Tapi hanya dengan menangis aku dapat sedikit tenang.

Dear kamu,,
Satu minggu lebih telah berlalu sejak malam itu. Namun, aku belum dapat menghilangkan pikiranku tentangmu. Benar katamu, jika bisa aku ingin hilang ingatan saja. Namun, tak mungkin. Aku bukan tipe orang yang nekat. Kamu tak perlu khawatir. Hanya saja, yang kupertanyakan hingga saat ini. Kenapa kamu masih memperdulikanku? Bukankah akan lebih baik bagimu jika acuh padaku? Kenapa tak kamu lakukan? Karena kita teman? Atau ada alasan lain? Bukankah telah aku katakan padamu jangan hiraukan aku…
Begitu banyak pertanyaan yang ternyata tak mampu ku tanyakan langsung padamu. Dan sekarang aku mundur teratur.

Doa dalam dinginku


Tuhan tolooong.. mengapa selalu dia yang ada dalam sadar maupun tidurku? Dia yang selalu menjadi bunga mimpiku.. bahkan mimpi dalam nyataku.

Tuhan,, aku mohon. Sungguh ini menyiksaku. Sungguh. Aku tahu sejujurnya dia first love-ku tapi aku tak ingin menyiksa pikiranku sendiri. Sejujurnya, aku tak ingin membebaninya (lagi). Aku ingin melihatnya selalu bahagia dengan hidupnya sendiri, tanpa aku. Aku yang bertekad untuk pergi demi hidup kami ke depan tanpa kebersamaan yang aku ingin. Tolooong Tuhan, buang jauh egoku yang menyiksa ini.

Tuhan, tolooong.. Kirimkan yang lain untukku. Atau kirimkanlah jodoh kepadanya. Agar ku bisa melupakannya (semoga). Jika memang itu yang terbaik bagi kami.

Tuhan tolooong,, bahagiakan dia. Buatlah dia selalu tertawa dan tersenyum tanpa aku. Agar aku pun dapat lega meninggalkannya.

Tuhan, jujur saat aku pergi meninggalkannya nanti entah kapan aku ingin melihat senyum termanisnya. Aku ingin usapan tangannya di kepalaku. Dan lambaiannya padaku. Karena mungkin itu akan menjadi kesempatan terakhirku bertemu dengannya.

Berharap kesempatanku untuk pergi dapat terwujud sesegera mungkin, Tuhan.. kabulkanlah.. Amin. 

Sampai Kapan by Maliq n D'essentials


Menantikanmu dalam jiwaku
Sabar ku menunggu, berharap sendiri
Aku mencoba merindukan bayangmu
Karna hanyalah bayanganmu yg ada

Hangat mentari dan terangnya rembulan
Mengiringi hari-hariku yg tetap tanpa kehadiranmu
Indahnya pelangi yg terbit kala sinar matamu
Menebus relung hatiku

Pantaskah diriku ini mengharapkan
Suatu yg lebih dari hanya sekedar
Perhatian dari dirimu
Yg kau anggap biasa saja

Atau mustikah ku simpan dalam diri
Lalu kuendapkan rasa ini terus
Oh yeah yeah selama-lamanya

* diriku cinta dirimu
dan hanya itulah satu
yg aku tak jujur kepadamu
ku ingin engkau mengerti
mungkinkah engkau sadari
cinta yg ada di hati ku
tanpa sepatah kata ku ucapkan kepadamu

Oh sayang, dapatkah aku memanggilmu, sayang
Sampai kapan aku pun tak sanggup tuk pastikan
Ku dapat memendam seluruh rasa ini
Dengarlah jeritan hatiku untukmu oooh
Dengar ku ingin engkau mengerti
Apa yg di hatiku sanubariku
Kita kan berdua selamanya, yeah 

Repeat *
Ada engkau rasakan
Mengapa tak engkau nyatakan
Ku akui ku rasakan
Suatu saat kan ku katakan
Sampai kapan ku bertahan
Tuk menantikan kepastian
Yakinlah sayang
Cinta kita kan menjadi kenyataan
  
 ku ingin engkau mengerti
 ku ingin engkau sadari
 ku ingin engkau mengerti
 ku ingin engkau sadari
 ku ingin engkau mengerti
 ku ingin engkau sadari
 ku ingin engkau mengerti, oooo

Akhir yang "indah"

Indah memiliki berjuta makna dan arti yang berbeda bagi setiap individu. Bagiku indah memiliki arti sebuah takdir. Kenapa takdir? bagiku takdir yang telah dirancang dan terjadi adalah keindahan yang diberikan Sang Pencipta untuk kita. Entah itu bahagia atau tidak menurut kita. Tapi yang aku yakini, takdir itu kebahagiaan meski tertunda saat ini.

Jawaban yang telah muncul tidak dapat ditarik kembali. Jawaban yang telah muncul meski melukai tapi itulah keadaan, sebuah kenyataan yang seharusnya telah aku alami sejak lama. Ya, sejak lama (seharusnya).
Tiba-tiba jantungku serasa berhenti berdetak. Tiba-tiba nadiku serasa berhenti berdenyut. Tiba-tiba waktu seakan berhenti. Tiba-tiba nafasku seakan tak berhembus. Dan tiba-tiba.. Segalanya begitu tiba-tiba. Dan sekejap itu pula aku,, DIAM.

Mengerti? Ya, aku mengerti. Tanpa kau sadari aku telah mengerti sejak lama. Meski hanya menduga, tapi aku mengerti catatan itu untukku. Dan aku memahaminya. Dulu maupun sekarang tidaklah berbeda. Tetesan air mata meski tak terbendung, tapi aku selalu berhasil mengusapnya. Walaupun tetesan itu akan jatuh untuk berkali-kali, jangan hiraukan. Mulut ini hanyalah mulut yang tak berbicara. Otak ini hanyalah otak yang tak berpikir. Mata ini hanyalah mata yang tak bisa melihat. Telinga ini hanyalah telinga yang tak bisa mendengar. Jangan hiraukan. Mungkin tak akan lama,, aku yang akan pergi. Aku akan berusaha. 


Untukmu, aku ucapkan terima kasih atas semua kisah yang telah kau ukirkan untukku. Terima kasih atas segala bahagiaku. Terima kasih atas penghargaanmu padaku. Ini adalah pelajaran berharga bagiku. Maaf beribu maaf meski tak bisa membuatmu memaafkanku, tapi ini begitu sulit untukku. Maaf jika aku tak seperti yang dulu suatu saat nanti. Aku harap semua akan baik-baik saja. Dan aku akan selalu tersenyum untukmu...

Terima Apa adanya


Biarlah sungai mengalir menuju hulunya
Biarlah angin bertiup menuju akhirnya
Biarlah sang awan menemani turunnya hujan
Biarlah bumi tetap mengelilingi matahari
Biarlah..
Memang begitu adanya
Meski..
Kadang awan menghitam
Kadang langit tak berbintang
Biarlah..
Kadang sesuatu yang tak ingin terjadi tapi terjadi
Kadang kita tak sadari bahwa kenyataan mengingkari
Begitulah hidup,, sungguh kita tak tahu..

Kesulitanku


Dear, pernah nggak kalian mengalami suatu kejadian dimana kalian melakukan segala sesuatu tidak sesuai hati nurani? Rasanya kayak berjalan nggak menginjak tanah ya? Haha
Ya mengambang gitu.. :D

Terkadang memang kita harus merasakan apa yang tidak ingin kita rasakan. Terkadang kita harus menerima apa yang tidak bisa kita terima. Kenyataan yang memang kadang seperti itu. Kita harus bisa berbesar hati untuk tetap dapat melaluinya.

Pernahkah kalian merasa suatu ketika benar-benar belum siap melihat seseorang tapi tiba-tiba kamu melihatnya? Bukan hanya melihat tapi bertemu dan saling menyapa. Di saat itu, aku benar-benar merasa KOSONG, ngeBLANK, dan nggak tau harus bagaimana agar lebih baik dalam bersikap. Meski tetap berusaha tegar, namun tubuh terasa bergetar dan getaran itu begitu hebat. Sungguh perasaan yang tak mudah hilang begitu saja. Andai saja kita bisa menghilangkan perasaan sekejap mata seperti membalik telapak tangan, pasti aku akan mencobanya.

Bukan aku tidak berusaha, hanya saja masih sulit bagiku. Jika aku boleh meminta, bisakah dia katakan langsung padaku? Meski hanya berbincang sederhana. Mungkin itu bisa membuatku lebih mengerti. Ini hanya sedikit sulit bagiku. Aku butuh bantuannya untuk mengakhiri semua yang telah dimulai ini. Dan kemudian mengikhlaskan segalanya hilang dari hadapanku dan melihatnya menemukan yang jauh lebih pantas baginya meski lagi-lagi sulit bagiku. Semoga.

....... I Won't Go



Some say I'll be better without you, 
But they don't know you like I do, 
Or at least the sides I thought I knew, 
I can't bear this time, 
It drags on as I lose my mind, 
Reminded by things I find, 
Like notes and clothes you've left behind, 
Wake me up, wake me up when all is done, 
I won't rise until this battle's won, 
My dignity's become undone, 

But I won't go, 
I can't do it on my own, 
If this ain't love, then what is? 
I'm willing to take the risk, 
I won't go, 
I can't do it on my own, 
If this ain't love, then what is? 
I'm willing to take the risk,

By Adele- He Won’t Go

Lirik itu seakan menjadi suaraku yang mulai membisu. Aku mengerti, jika memang keadaannya harus seperti ini. Aku akan menerimanya. Namun satu hal, tidak semudah itu bagiku menghilangkan rasa yang tak berbatas ini.

Terlalu sakit bagiku untuk memulai hal baru ini. Meski aku selalu mencoba, bahkan sejak dulu, namun tetap tak bisa. Biarlah. Biarlah air mata ini yang selalu menemaniku karna hanya dia yang menjadi teman kerinduanku.

Aku tidak pernah memaksa. Kamu tau itu. Bagaimana aku memaksa? Sedang berkata saja aku tak mampu dan tak pernah mampu. Karna itu kamu pun tidak bisa memaksaku untuk melupakanmu.

Jangan katakan maaf. Cukup. Cukuplah untuk meminta maaf, aku mohon,, karna tidak ada yang salah diantara kita. Hanya perasaan ini yang bersalah. Ijinkanlah rasa ini tetap seperti ini jika memang tidak dapat terwujud meski untuk selamanya. Biarkanlah rasa berkembang atau malah memulai kuncup dan mekar kembali. Entah. Biarkan saja sang takdir yang menghukumnya. 

Rahasia itu adalah Kamu


Dear, pernah nggak kalian ngrasain suka sama orang dari pertama ketemu dia? Ya love at first sight gitu deh.. Percaya nggak ? Aku pernah lhooo.. hehe
Sampai sekarang pun aku masih tuh suka sama dia. Meskipun aku nggak tau dia suka sama aku juga atau nggak. 

Terhitung kurang lebih dua tahun aku suka sama dia. Awal kami bertemu waktu kami sama-sama terlibat di sebuah acara kampus. Intinya, dia itu orang yang selama ini aku cari. Kebaikannya, perhatiannya, dan cara dia menghargai orang lain aku suka banget. Aku ngrasa nyaman kalau di dekat dia.
Dua tahun bukan waktu yang sebentar, Dear. Apalagi ketika kamu cuma bisa memendam rasa tanpa bisa kamu katakan ke dia. Itu sesuatu banget, menyesakkan dada deh pokoknya. :D
 
Hari demi hari cuma bisa aku lewati sama dia sebagai teman yang cukup dekat. Aku suka curhat, curcol-curcol gimana gitu ke dia. Hmmm, cuma itu yang bisa aku lakuin soalnya. Belakangan kemarin aku cerita ke dia kalau aku suka sama seseorang dari pertama kali ketemu. Aku ceritain semua yang aku rasain termasuk ketakutan-ketakutan yang menggangguku. Jujur walaupun aku nggak ngomong langsung kalau orang yang aku ceritain adalah dia tapi sumpah membuatku gemetar. Padahal itu juga aku cerita nggak ketemu langsung.

Aku rahasiain perasaan ini bertahun-tahun tanpa ada yang tau kecuali diriku sendiri. Baru tahun-tahun kemarin ini aku ceritain ke sohib-sohibku. Awalnya karena aku pengen lupain aja. Semakin lama bukannya semakin bisa lupain tapi justru rasa itu semakin berkembang, Dear. Aku bingung sama dirikusendiri. Aku itu tipe orang yang gampang ilfeel sama orang, tapi sama dia aku nggak bisa ilfeel. Padahal aku udah berusaha mencari-cari kekurangannya yang biasanya mudah membuatku ilfeel, tapi nggak tau kenapa sama dia aku justru tetap bisa terima semua kekurangannya. Bergulat dengan perasaanku sendiri semakin menyakitkan, Dear.  Apa itu yang namanya cinta? #halah :D

Berasa seperti menyanyikan lagunya Maliq n d’essentials yang Kau Yang Bisa. Begini liriknya :

Begitu berharga saat bersamamu
Kau buat kulupa akan batasan waktu
Begitu bermakna apa yang tlah tercipta
Memang seharusnya ku tak mengerti

Bridge :
Tak cukup kata kata
Tak perlu aku bicara
Sudah percayalah saja

Chorus :
Hanyalah dirimu yang bisa
Membuat diriku merasa
Seakan melayang
Seolah kuterbang
Hanyalah dirimu yang mampu
Membuat diriku begitu
Mewujudkan khayalan menjadi kenyataan

Kau adalah warna warni dalam hatiku
Kau hapuskan duka hanya suka yang ada
Betapa berarti peranmu ada disini
Mengisi bagian hidupku

Begitu kurang lebih liriknya, Dear.. haha :D
Kemarin waktu aku curhat sama dia soal some one itu yang kenyataanya adalah dia sendiri, dia menyarankan aku untuk mengatakan ke some one itu yang sebenarnya aku rasain. Tapi aku kan cewek. Lagian aku rasa dia nggak akan mau sama aku. Karena sepertinya aku bukan tipenya. Meskipun aku sama dia cukup dekat, tapi justru itu aku jadi tau siapa dan bagaimana orang yang dia inginkan. Seribu kali dia menyarankan aku untuk mengatakan ke some one itu, seribu satu kali aku akan berpikir untuk tidak mengatakannya. Bagaimana pun aku masih belum bisa mengusir ketakutanku sendiri. Mungkin memang lebih baik seperti ini adanya tetap memendam perasaan entah sampai kapan. Mungkin sampai aku mendapatkan gantinya :D
Semoga.. Amiiin :)
Dan aku cuma bisa menulis blog ini untuk mengatakan yang sesungguhnya, Dear. Sekarang bukan hanya aku yang tau tapi kalian juga. Semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian semua :)

Yang Telah Berlalu


Beberapa hari ini gue liatin HP kayaknya udah penuh dengan sms-sms lama yang banyak gak pentingnya. Niat hati mau hapus sms-sms yang gak penting itu, tapi pas pencet-pencet keypad naik naik ke puncak gunung eeehhh gue temuin tuh sms yang bikin gue geli banget sekaligus jengkel setengah gila :D
Dalam hati berkata, “Kok bisa gitu dulu pernah menjalin hubungan tanpa status alias bahasa bekennya HTS-an gitu sama ni orang”, hmmm.. Anggap aja itu pengalaman ..Bukankah experience is the best teacher? Right? Hehe

Kata-kata yang hampir tiap hari dia ucapin walau cuma “bangun Dul”  atau “pagi cinta”, ya walaupun itu bikin aku berpikir ‘wew, lebay’ tapi cukup menghiburku dipagi hari karna aku bakal geli dan ketawa-ketawa gak jelas. Ya! Gak bisa kita bohongi juga kan kalau kita, cewek-cewek, meski kadang dibikin mau muntah tapi emang sebenernya suka digombalin. Haha :P

Gue baca-baca lagi satu per satu sms yang dia kirim buat gue, maklum udah HTS masih LDR pula, ceileh,, gini-gini gue juga pernah ngrasain tauuuk .. haha :D
Pesan singkat yang dia kirim selalu berhasil meyakinkan gue buat percaya sama dia. Memang dasar gue yang cuek, gak pernah tu gue tanya balik gimana keadaannya atau gimana cerita dia atau apalah yang meski sepele tapi ternyata itu penting. Satu pelajaran lagi yang bisa gue terima saat ini. Singkat cerita hubungan kita tu cukup pendek hanya berlangsung sekitar 3 bulan. Padahal kenalnya gue sama dia jauh lebih lama dibanding itu. Ya, kurang lebih sekitar 7 tahun, maklum teman lama. Singkatnya, gue pada akhirnya tau ternyata dia masih sayang sama mantannya. Ya nasib,, itulah yang bikin gue harus bersikap tegas ke dia. Meski dia selalu ngeyakinin gue kalo dia bakal serius, tapi nggak tau kenapa dia memutuskan buat mundur teratur. Emang sih selama ini bisa dibilang gue cuma gantungin dia. Tapi walau itu cuma caraku buat ngetes dia, ternyata dia memang harus pergi dari gue. Dan gue harus berlapang dada untuk itu.
Pelajaran yang gue dapat lagi, kita nggak pernah tau kapan cinta itu bakal datang dan pergi. Cinta nggak mengenal yang namanya berapa lama kamu kenal sama dia, tapi seberapa dalam lo bisa ngrasa sayang sama dia.
Walau gue tau gue lebih dulu kenal dan dekat sama dia dibanding sama mantannya, tapi balik lagi bahwa dia nggak bisa ngerasa bener-bener sayang dan cinta sama gue. 

Waktu acara reunian beberapa bulan yang lalu gue termasuk koordinatornya dan otomatis gue harus hubungi temen-temen donk termasuk dia. Lewat sms sih baik-baik aja, tapi setelah ketemu boro-boro ngajak ngomong, liatin aja kayaknya ogah tu orang. Nggak enak banget kan. Ngrusak suasana aja. Padahal gue udah korbanin perasaan buat sms duluan. Hhh,, butuh kesabaran buat ngadepin yang namanya kehidupan percintaan ya, Dear. Haha :D

Usut punya usut, setelah gue cerita ke temen lama gue juga, ternyata eh ternyata katanya si dia suka sama gue udah dari lama. Dari waktu dahulu kala di bangku sekolah. Kok bisa gue nggak tau ya? Haha :D
Apa segitu cueknya gue sampai nggak bisa menangkap sinyal-sinyal itu ya? Hmmm,,

Pelajaran terakhir yang bisa gue ambil adalah pertama, buka mata hati telinga kayak lagunya Maliq n d’essentials tuh. Jangan terlalu cuek dengan keadaan sekitar karna pada akhirnya itu bisa menyakiti dirimu sendiri. Ckckckck
Dan kedua, kalau cinta ya bilang cinta, kalau sayang ya bilang sayang kayak lagunya Pentaboys tuh. Jangan ditunda-tunda nanti lo bakal kesepian, atau bisa jadi gebetan lo diambil orang. Nah lo, tambah nyesel ntar. Haha :D
Yang jelas jangan bohongi perasaan sendirilah. Itu menyakitkan.

Akhir kata, Keep spirit, Dear !
Hidupmu indah pada waktunya
J

Theme Song

Dear,, emang ya hari-hari berasa berat bangetzzz kalau udah berhubungan sama yang namanya SKRIPSI.. aku biasa menyebutnya Skripsweet..
kok bisa?? haha
iya, itu panggilan sayangku buat si skripsi biar gak stress kalau denger namanya disebut-sebut.. :D
rasa malas yang luar biasa tiba-tiba muncul dan membuatku merasa nggak mengenal diriku sendiri... aku dulu gak begini deh,, biasanya segala hal yang berhubungan dengan studiku tuh pasti membuat aku semanga '45, tapi sekarang kok mlempem .. haha
ya begitulah,, teman-teman bilang sih itu yang namanya syndrome skripsi.. ini niy yang bikin orang-orang suka lama lulusnya.. MALAS..
rasanya bener-bener deh pengen membakar rasa malas ini,,
salah satu cara yang aku lakuin ya menyanyi,, maklum penyanyi kamar mandi.. haha :D
nah lagu favoritku sekarang yang aku nobatkan jadi theme song sambil bikin skripsi adalah........ PASTI BISA,, itu tuh lagunya si Citra Scholastika..

Mentari terbenam temani dalam kesendirianku
Temani aku dalam kepedihan ini
Ku bertahan

Mentari terbenam beri semangat baru tuk jiwaku
Beri kicauan merdu tuk hidupku ini
Ku bertahan

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Mentari terbenam beri semangat baru tuk jiwaku
Beri kicauan merdu tuk hidupku ini
Ku bertahan

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Aku ingin lepaskan seluruh bebanku
Dan ku jalani hidupku dengan senyuman

Aku pasti bisa
Menikmati semua dan menghadapinya
Aku yakin pasti bisa

Dan ku jalani hidupku dengan senyuman

gitu deh pokoknya penggalan lagu si Citra ini.. semoga bisa tetap menyemangatiku .. haha
SEMANGAT.. SEMANGAT.. SEMANGAT..
ayo Dear yang lagi bikin skripsi juga harus tetap semangat ya.. tinggal selangkah lagi kok.. ;D