First Day – Libur Natal


Yeaahhh,, it’s holiday lhoo.. seneng ya?? Koprol deh koprol.. haha :D
Well, bagi sebagian orang long weekend seperti ini tu mungkin akan sangat menyenangkan. Bisa berlibur sama keluarga, ngrayain natal bagi yang merayakan, intinya bersenang-senang. Tapi,,, buatku holiday kali ini tu nothing!
\
Why…?? Because eh because di liburan kali ini aku nggak pulang kampuang. (Terus salah gue? Salah emak gue?) Alright,, nggak ada yang salah kok tenang aja. Tapi selama empat hari ini aku mau ngapain..? Coba bayangin, liburan begini aku cuma dikos-an. Liatin ujan datang tiba-tiba sampai ujannya berhenti gitu? Lama-lama bisa jadi kepompong nih aku.. hadeh..

Beberapa minggu belakangan ini Indonesia memang sering diguyur ujan. Anehnya di Jakarta nggak pernah berasa dingin waktu ujan turun, kecuali kalian lagi di ruangan AC dengan derajat yang sangat minim ya… Wait,, aku ada cerita niy di hari pertama long weekend ini. Tadi di daerah mampang prapatan ujannya lebat banget. Mending cuma ujan aja, tapi ini sama badai lhoh.. Wow,, badai di depan mata. Sendirian pula dikos-an. Alhasil ngumpet di dalam kamar deh. Aih aih apes :/

Lagi lagi sendirian itu nggak enak, bener deh. Sendirian terasa istimewa itu cuma diwaktu aku cari ilham buat nglukis. Haha :D
Kenapa aku nggak suka sendirian?? Ini sekaligus menjawab postingan sebelumnya bahwa aku tak bisa hidup sendiri. Well, satu alasan kenapa aku nggak mau sendirian adalah karena.. ketika sendirian mendadak jadi melowdrama :D
Mungkin teman-temanku bisa dibilang sangat jarang melihat aku sedih atau nangis di depan mereka. Itu karena aku bisa melupakan semua masalah kalau aku nggak sendirian. Karena banyak yang bisa dibahas selama kita nggak sendirian. Dan sekalinya sendirian,, hmmm bayangin sendiri deh.. nangis itu senjata utama. I hate it.

Ini sebenernya mau bahas apa sih?? Haha :D
The point is… hari pertama di libur natal ini cuma ada kesendirian, kesepian, dan kesedihan. We’ll see gimana esok ya.. I hope better than today. >.<

Aku dan Jakarta


Hari yang terus berganti semakin lama bukan semakin membuatku melupakan begitu saja setiap masalah. Justru bergantinya hari membuat masalah yang ada semakin lama semakin bertumpuk. Penuh dan sesak di dalam hati yang sempit.

Eitss,, jika kalian mengira aku membahas kegalauanku di postingan sebelumnya, kalian salah besar. Ini tentang hidup baru. Lembar yang baru seumur jagung terbuka atau lebih tepatnya ku buka sendiri untuk masa depanku sendiri pula. Hmm,, bingung ya? Hehe

Intinya adalah…. Saat ini aku memulai untuk hidup mandiri. Di kota besar nan ramai dan tak pernah sepi.  Kota besar yang disebut-sebut sebagai kota metropolitan yang kejam. Ibu kota Indonesia yang seolah meng-anak tiri-kan rakyatnya. Ya seperti itulah Jakarta. Hidup itu memang kejam teman, namun semua tergantung bagaimana kita menyikapi kekejaman yang ada. Memilih untuk menjadi lemah dan dikasihani, kuat dan jalani saja, atau bahkan lebih kuat dan ikut menjadi kejam. Haha

Hidup ini pilihan. Pilihan yang sebenarnya sulit untuk dapat dipilih karena tidak semua yang kita inginkan akan semudah itu terwujud. Aku lebih senang menyebut hidup ini adalah sebuah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan apa yang selayaknya kita dapatkan. Dan setiap perjuangan pasti ada jatuh bangunnya. Kita harus bisa berlapang dada dengan masalah yang datang silih berganti. Ikhlas menjalani apa yang sudah kita pilih dengan segala resikonya. Berteman dengan masalah.

Aku percaya bahwa Tuhan menciptakan kita bukan hanya untuk bersenang-senang, namun juga merasakan semua yang dapat kita rasakan selayaknya manusia. Sedih, marah, jengkel, dan berakhir bahagia (semoga). Entah bahagia atau tidak kita harus tetap percaya bahwa hidup kita akan berakhir bahagia. Karena hidup tanpa percaya itu nothing, teman. Right??

Back to the topic, tentang masalah yang ku hadapi saat ini. Kali pertamanya aku menghadapi masalah di dunia kerja. Yah, maklum fresh graduate yang masih ecek-ecek di dunia kerjaan. Baru juga nyemplungin kaki, tapi udah teriak-teriak minta tolong sekarang. Haha :D

Mamaaaaa,, aku pengen pulaaanggg… :’(

Well, aku merasa dipermainkan disini. Mungkin karena belum pengalaman kali ya? Tapi rasanya sakiiiitt banget. Rasanya seperti nggak dihargai sebagai manusia yang butuh hidup (haha.. lebay :P). Apa yang aku jalani sekarang melenceng dari perjanjian awalku dengan perusahaan mawar (bukan nama sebenarnya :D). Intinya, aku dituntut untuk mengerjakan ‘sesuatu’ demi mendapatkan kenaikan yang dijanjikan di awal. Padahal di perjanjian awal nggak ada kata ‘sesuatu’ itu disebut-sebut. Sebenarnya kalau dipikir-pikir dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih, hal ini tidak menjadi masalah buat aku. Tapi ketika ‘sesuatu’ itu seolah menjadi dipaksakan disaat kita sedang dalam kondisi dikejar deadline tuh rasanya pengen banting meja, kursi, dan apa pun yang ada di dekat kita (wew,, ngeri juga --a). Marah? Kesel? Sedih? Pastilah.. tumpah ruah deh pokoknya. Orang yang kita hargai dan kita percaya selama ini menjadi seperti musuh dalam selimut. Iiiuuuuwwww…

Well, hidup memang penuh liku-liku. Jadi teringat kata-kata seorang sahabat dengan bahasa jawa medoknya kurang lebih begini, “Kudune kowe isin nggun. Delok o wong-wong sing gelem kerjo opo wae ning Jakarta we dho ra protes. Mosok kowe gek ngene wae meh nyerah”, inti dari kata-kata asing ini adalah harusnya aku malu dengan orang-orang yang mau kerja serabutan apa pun di Jakarta da mereka tidak pernah protes atau mengeluh, sedangkan aku baru dapat cobaan seperti ini saja udah mau nyerah. Setelah dipikir-pikir, memang benar kata sahabatku itu. Jika aku memandang hidup adalah sebuah perjuangan, maka aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku harus tetap bertahan dan mencoba berteman dengan masalah.

Finally, hingga saat ini aku masih mencoba untuk tetap berdiri dan bertahan di sini. Berjuang untuk mendapatkan yang memang selayaknya ku dapatkan. Berlapang dada dengan cobaan yang menghempas. Lagi-lagi semoga. Semoga semua berakhir seperti yang ku harapkan. Hope and Pray :D

Rindu


Gimana rasanya ketika kita merasa tak bisa hidup sendiri, tapi sekarang harus terima kenyataan bahwa kita memang hidup sendiri?? Wow,,
Melihat sisi kanan kosong, sisi kiri hampa, ke depan sepi, ke belakang apa lagi :D
Tersadarkan pikiran bahwa kita memang sendiri. Dulu tak pernah kita sebut dan pikirkan karena memang selalu ada di sekitar kita. Namun, sekarang berkali-kali kita sebutkan. Bahkan di setiap mimpi kita ikut nimbrung :D

Merindukan orang tua yang selalu ada di setiap hari kita dengan berbagai petuah dan wejangannya. Merindukan kakak-kakak yang lahir dengan keunikannya masing-masing. Yang perhatian, yang pelit, yang sayang, yang cuek, yang bawel. Komplit. They’re my brother and sister. Haha :D
Merindukan ponakan yang lagi lucu-lucunya (nurut aja disuruh ngapa-ngapain >.<)
Merindukan sahabat-sahabat yang selalu ngintilin kita kemanapun kita pergi (*ups kebalik, gue yang ngintil :D)
Merindukan teman-teman yang selalu ribut dan ngajak maen kartu sampai malam.
Merindukan teman-teman yang suka ngajakin nongkrong (alibi),  kuliner dan berpetualang.
Merindukan teman-teman yang suka ngajakin kucingan dan karoke.
Pokoknya ini judulnya Rindu yah.. haha :D

Nggak banyak kata ah,, pokoknya miss them so much :*