I Dont Know

Dear My blog diary,

Menilik beberapa tahun ke belakang, gue sebagai seorang remaja yang bersemangat ingin menyongsong kehidupan penuh harapan dan cita-cita. Pada saat itu, gue dihadapkan pada kenyataan bahwa cita-cita gue sebagai seorang Dokter is over! Because of nilai fisika gue yang dibawah standard. Its okay, gue milih untuk masuk ke jurusan bahasa aja pada awalnya karena gue merasa suka mempelajari berbagai bahasa baru, seolah gue udah keliling dunia. Tapi, kata Bokap gue mau jadi apa?? Intinya, beliau nggak setuju. Cara yang beliau lakukan? Dengan mendatangkan seseorang  yang kuliah di jurusan Bahasa dan berusaha meyakinkan gue bahwa kedepannya akan sulit dan sempit untuk memilih kemana lu bakal kerja. Akhirnya, tak ada pilihan lain. Gue harus memilih jurusan IPS saat kelas 3 SMA. 

Sudah tentu gue harus mulai mempersiapkan diri juga harus kuliah kemana nanti. Dan gue memutuskan ingin ke STAN karena pada saat gue di IPS sangat menggemari Akuntansi. Oke fix, gue ikut seleksi masuk STAN. Dan apa hasilnya? Nggak Lolos! Its Okay, gue akhirnya ingin memilih Kebidanan. Tapi apa? Bokap gue nggak setuju lagi. Caranya? dengan menghubungi saudara gue yang sudah jadi Bidan untuk meyakinkan gue bahwa sekarang Bidan sudah bejubel, sudah banyak, lalu gimana kalau gue nanti juga jadi Bidan. Oke intinya, gue nggak boleh jadi Bidan. Titik. Kemudian, Bokap telepon kenalannya di Universitas terkenal yang ada di kota tempat gue tinggal, ya UKSW. Gue dihadapkan pada pilihan FEB-jurusan Akuntansi atau FTI- SI Akuntansi. Melihat peluang ke depan, gue akhirnya memilih FTI sebagai tempat gue menuntut ilmu. Dan terbukti, saat kerja gue banyak dibutuhkan mengingat IPK gue termasuk ke dalam level cumlaude (maaf ya, bukan untuk sombong, hanya ingin menceritakan sedetail mungkin). 

Saat bekerja, pertama kali gue bekerja sebagai seorang Technical Writer, tapi nggak lama hanya sekitar masa probition 3 bulan. Setelahnya gue diangkat sebagai System Analyst karena Project Manager gue melihat potensi gue bisa melakukan itu. Sampai ke beberapa perusahaan terakhir gue berada pada posisi Analyst seperti keinginan gue pada saat kuliah dulu. Terakhir posisi gue sebagai Business Analyst (senior) di sebuah perusahaan IT di bawah naungan group Mitsubitsi. Tentu, posisi ini sangat berarti buat gue, apalagi selangkah lagi gue bisa sampai pada posisi tertinggi yang sesuai keinginan saat kuliah. Tapi, di langkah inilah gue hentikan perjalanan karir gue untuk sementara. Karena gue merasa anak gue lebih berharga ketimbang karir gue. Meskipun, faktor income sangat menggiurkan, tapi gue membela diri dengan berpikir bahwa Allah telah menjamin rejeki setiap umatnya. Gue masih meyakininya hingga sekarang.

Saat ini, anak gue udah 2 tahun. Bokap gue udah mulai membujuki gue untuk bekerja kembali bahkan sedari beberapa saat gue resign. Gue ngerti, sangat mengerti, Bokap gue pengen sekolah gue nggak sia-sia karena memang perjuangan untuk membayarnya pun nggak kalah dramatis. Tapi apa yang bisa gue lakukan? Saat gue nggak bisa jauh sama anak gue, dan teramat sayang sama anak untuk meninggalkannya setiap hari berangkat petang pulang petang dengan orang lain, yang kita tau kompetensinya hanya sebatas mengurus anak. Bukan mengajarkan anak, dan sadar akan pentingnya segala aspek kehidupan bagi anak kita. Bahkan saat ini suami gue pun ikut membujuki gue untuk bekerja kembali. Gue tau ini berat untuk menanggungnya sendiri, meskipun gue berusaha untuk selalu mensyukuri saja apa yang didapat saat ini, one income for all. Gue tau, dan gue sayang sama semuanya, gue pengen membuat semuanya juga senang. Tapi,, gue masih sangat sangat teramat sayang sama anak gue untuk diurus tangan selain tangan gue dan otak gue. Tapi, finally, gue menyerah dengan bujukan mereka, gue ikut tes CPNS saat ini, nothing to lose, gue cuma sayang sama mereka semua meskipun rasanya gue masih ingin egois ngurus anak di rumah aja. Tapi,,, entahlah,,, gue ingin membuat mereka "senang". Entahlah,, I dont know.

Gue seperti merasa nggak pernah punya kesempatan untuk memutuskan sepenuhnya apa yang menjadi jalan hidup gue. Bahkan disaat gue bisa mendapatkannya hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun gue harus merelakannya kembali. Asaku, citaku, keinginanku. Selamat tinggal. Berharap akan menemukan titik pencerahan dari semua ini.
I dont know...