Keluarga Cemara (part 5-end)

Melahirkan bagi semua wanita memang menakutkan, tapi sekaligus momen yang tak akan pernah terlupakan, membahagiakan... Gue dulu sempat takut kalau ngebayangin lahiran. Tapi gue ada satu buku yang dikasih sama sahabat gue yang udah gue anggep kakak gue sendiri (makasih banget Mbak Es) dan buku ini alhamdulillah bisa bikin gue lebih tenang dan lebih nrimo serta sadar bahwa gue ini wanita yang memang sudah kodratnya menjadi istri dan memperoleh keturunan dengan cara melahirkan. Harus gue syukurin karena nggak semua wanita juga diberi kebahagiaan bisa melahirkan bahkan secara normal. Selama hamil pun alhamdulillah gue isi dengan kegiatan positif lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akhirnya gue bisa lebih tenang menjelang kelahiran ini.

Jam 12 malam gue diantar ke bidan sama Bokap, Nyokap, Kakak-kakak gue, dan tentunya suami gue yang nggak pernah lepas dari genggaman gue (haha buat diremas-remas, sadisss). Di tempat bidan gue langsung cek bukaan, ternyata masih bukaan satu (Ya Allah rasanya udah kayak apa baru bukaan 1 haha). Sambil mondar mandir menunggu bukaan selanjutnya gue sampai bentur-benturin kepala ke dada suami (bahkan sakitnya kontraksi yang begini ternyata lebih sakit lagi pas dijahit hahaha luaarrr biasaa, Masya Allah). Bidannya pun sedikit percaya diri bahwa kemungkinan lahiran masih lama, bisa besoknya. Akhirnya gue disuruh tiduran aja (buset deh mana bisa coba orang tiduran sambil kontraksi coba buuuu), karena gue gak bisa tiduran dengan tenang dan makin nggak nahan gue putusin untuk mengejan daaannn PYOK (kaget juga gue suara apaan) ternyata ketubannya pecaahh. Lucunya itu suami gue baru mau rebahan belum ada semenit langsung kaget dan mulai deh pada angkat gue ke ruang bersalin. Persiapan lahiran sambil nunggu asisten bidan datang (nah lo, bu asisten dibangunin malem-malem haha lagian nggak stand by siiihh). Setelah beberapa kali mengejan dengan disemangati Nyokap dan suami gue, akhirnya paass jam 3 atau 4 pagi (lupa wkwk) tanggal 20 Sept 2016 lahirlah anak pertama kami, Sebenar-benar wanita yang solehah dan cerdas, begitulah kurang lebih arti nama yang kami berikan. Bersyukur juga suami nggak pernah lepas dari pandangan gue selama proses kontraksi dan melahirkan. Sangat-sangat bersyukur, alhamdulillah...

Setelah 2 bulan melahirkan dan menghabiskan sisa cuti sekaligus dapat ART yang bisa momong bayi, gue balik lagi ke Jakarta, lebih tepatnya ke rumah baru. Selama 4 bulan gue kerja, ternyata gue merasa bahwa gue nggak sanggup lagi bekerja dan ninggalin anak buat kerja sampai malam. Mulai deh naluri keibuan gue semakin kuat dan lebih kuat lagi tiap hari. Akhirnya, gue resign setelah 4 bulan kerja dari cuti panjang gue itu untuk ngurus anak dan rumah sendiri. Karena gue nggak siap suatu saat anak gue lebih milih yang momong ketimbang sayang-sayangan ama gue. Gue nggak siap, ketika anak gue semakin pinter bukan dari gue tapi dari orang lain. Gue nggak siap, ketika dengar anak gue mengucapkan kata-kata yang nggak seharusnya dia ucapkan dengan mulut mungilnya karena kelalaian orang lain. Dan .. dan.. dan.. lainnya. Masih banyak pertimbangan lagi. Yang jelas gue pengen menjadi ibu yang seharusnya, menjadi madrasah pertama anaknya. Dan yang gue yakini sampai sekarang, Allah sudah memberikan porsi rejeki kepada setiap orang tanpa terkecuali. Jadi percaya saja, banyak jalan kok.

Finally, sampai sekaranglah gue rawat sendiri anak gue, sambil ngurus rumah, ngurus suami, sambil nerusin hobi, sambil berjualan buat tambahan dikit-dikit (paling enggak bisa beli sendiri yang dipengen). Lebih sibuk sih kayaknya, tapi lebih nyaman dan lebih senang. Yahhh,, begitulah I'm not a carrier woman anymore, but I'm a mother with my happy life. Inshaa Allah... Aamiin... 🙏🙏🙏

0 komentar: