Sudah agak lama sih kepikiran mau buat cerita novel gitu terkait kisah saya, apapun,, ya tapi apa daya nge-blog aja masih jarang-jarang begini. Moodnya naik turun gak jelas kayak anak labil hahaha nggak ding. Kalau mau buat postingan terkait parenting seperti yang saya pernah janjikan kok ya sepertinya saya nggak PeDe. Toh saya cuma ibu biasa, seperti ibu-ibu pada umumnya yang hanya ingin yang terbaik untuk anaknya dengan caranya masing-masing.
How about a Novel?
I Dont Know
Dear My blog diary,
Menilik beberapa tahun ke belakang, gue sebagai seorang remaja yang bersemangat ingin menyongsong kehidupan penuh harapan dan cita-cita. Pada saat itu, gue dihadapkan pada kenyataan bahwa cita-cita gue sebagai seorang Dokter is over! Because of nilai fisika gue yang dibawah standard. Its okay, gue milih untuk masuk ke jurusan bahasa aja pada awalnya karena gue merasa suka mempelajari berbagai bahasa baru, seolah gue udah keliling dunia. Tapi, kata Bokap gue mau jadi apa?? Intinya, beliau nggak setuju. Cara yang beliau lakukan? Dengan mendatangkan seseorang yang kuliah di jurusan Bahasa dan berusaha meyakinkan gue bahwa kedepannya akan sulit dan sempit untuk memilih kemana lu bakal kerja. Akhirnya, tak ada pilihan lain. Gue harus memilih jurusan IPS saat kelas 3 SMA.
Sudah tentu gue harus mulai mempersiapkan diri juga harus kuliah kemana nanti. Dan gue memutuskan ingin ke STAN karena pada saat gue di IPS sangat menggemari Akuntansi. Oke fix, gue ikut seleksi masuk STAN. Dan apa hasilnya? Nggak Lolos! Its Okay, gue akhirnya ingin memilih Kebidanan. Tapi apa? Bokap gue nggak setuju lagi. Caranya? dengan menghubungi saudara gue yang sudah jadi Bidan untuk meyakinkan gue bahwa sekarang Bidan sudah bejubel, sudah banyak, lalu gimana kalau gue nanti juga jadi Bidan. Oke intinya, gue nggak boleh jadi Bidan. Titik. Kemudian, Bokap telepon kenalannya di Universitas terkenal yang ada di kota tempat gue tinggal, ya UKSW. Gue dihadapkan pada pilihan FEB-jurusan Akuntansi atau FTI- SI Akuntansi. Melihat peluang ke depan, gue akhirnya memilih FTI sebagai tempat gue menuntut ilmu. Dan terbukti, saat kerja gue banyak dibutuhkan mengingat IPK gue termasuk ke dalam level cumlaude (maaf ya, bukan untuk sombong, hanya ingin menceritakan sedetail mungkin).
Saat bekerja, pertama kali gue bekerja sebagai seorang Technical Writer, tapi nggak lama hanya sekitar masa probition 3 bulan. Setelahnya gue diangkat sebagai System Analyst karena Project Manager gue melihat potensi gue bisa melakukan itu. Sampai ke beberapa perusahaan terakhir gue berada pada posisi Analyst seperti keinginan gue pada saat kuliah dulu. Terakhir posisi gue sebagai Business Analyst (senior) di sebuah perusahaan IT di bawah naungan group Mitsubitsi. Tentu, posisi ini sangat berarti buat gue, apalagi selangkah lagi gue bisa sampai pada posisi tertinggi yang sesuai keinginan saat kuliah. Tapi, di langkah inilah gue hentikan perjalanan karir gue untuk sementara. Karena gue merasa anak gue lebih berharga ketimbang karir gue. Meskipun, faktor income sangat menggiurkan, tapi gue membela diri dengan berpikir bahwa Allah telah menjamin rejeki setiap umatnya. Gue masih meyakininya hingga sekarang.
Saat ini, anak gue udah 2 tahun. Bokap gue udah mulai membujuki gue untuk bekerja kembali bahkan sedari beberapa saat gue resign. Gue ngerti, sangat mengerti, Bokap gue pengen sekolah gue nggak sia-sia karena memang perjuangan untuk membayarnya pun nggak kalah dramatis. Tapi apa yang bisa gue lakukan? Saat gue nggak bisa jauh sama anak gue, dan teramat sayang sama anak untuk meninggalkannya setiap hari berangkat petang pulang petang dengan orang lain, yang kita tau kompetensinya hanya sebatas mengurus anak. Bukan mengajarkan anak, dan sadar akan pentingnya segala aspek kehidupan bagi anak kita. Bahkan saat ini suami gue pun ikut membujuki gue untuk bekerja kembali. Gue tau ini berat untuk menanggungnya sendiri, meskipun gue berusaha untuk selalu mensyukuri saja apa yang didapat saat ini, one income for all. Gue tau, dan gue sayang sama semuanya, gue pengen membuat semuanya juga senang. Tapi,, gue masih sangat sangat teramat sayang sama anak gue untuk diurus tangan selain tangan gue dan otak gue. Tapi, finally, gue menyerah dengan bujukan mereka, gue ikut tes CPNS saat ini, nothing to lose, gue cuma sayang sama mereka semua meskipun rasanya gue masih ingin egois ngurus anak di rumah aja. Tapi,,, entahlah,,, gue ingin membuat mereka "senang". Entahlah,, I dont know.
Gue seperti merasa nggak pernah punya kesempatan untuk memutuskan sepenuhnya apa yang menjadi jalan hidup gue. Bahkan disaat gue bisa mendapatkannya hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun gue harus merelakannya kembali. Asaku, citaku, keinginanku. Selamat tinggal. Berharap akan menemukan titik pencerahan dari semua ini.
I dont know...
Keluarga Cemara (part 5-end)
Melahirkan bagi semua wanita memang menakutkan, tapi sekaligus momen yang tak akan pernah terlupakan, membahagiakan... Gue dulu sempat takut kalau ngebayangin lahiran. Tapi gue ada satu buku yang dikasih sama sahabat gue yang udah gue anggep kakak gue sendiri (makasih banget Mbak Es) dan buku ini alhamdulillah bisa bikin gue lebih tenang dan lebih nrimo serta sadar bahwa gue ini wanita yang memang sudah kodratnya menjadi istri dan memperoleh keturunan dengan cara melahirkan. Harus gue syukurin karena nggak semua wanita juga diberi kebahagiaan bisa melahirkan bahkan secara normal. Selama hamil pun alhamdulillah gue isi dengan kegiatan positif lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akhirnya gue bisa lebih tenang menjelang kelahiran ini.
Jam 12 malam gue diantar ke bidan sama Bokap, Nyokap, Kakak-kakak gue, dan tentunya suami gue yang nggak pernah lepas dari genggaman gue (haha buat diremas-remas, sadisss). Di tempat bidan gue langsung cek bukaan, ternyata masih bukaan satu (Ya Allah rasanya udah kayak apa baru bukaan 1 haha). Sambil mondar mandir menunggu bukaan selanjutnya gue sampai bentur-benturin kepala ke dada suami (bahkan sakitnya kontraksi yang begini ternyata lebih sakit lagi pas dijahit hahaha luaarrr biasaa, Masya Allah). Bidannya pun sedikit percaya diri bahwa kemungkinan lahiran masih lama, bisa besoknya. Akhirnya gue disuruh tiduran aja (buset deh mana bisa coba orang tiduran sambil kontraksi coba buuuu), karena gue gak bisa tiduran dengan tenang dan makin nggak nahan gue putusin untuk mengejan daaannn PYOK (kaget juga gue suara apaan) ternyata ketubannya pecaahh. Lucunya itu suami gue baru mau rebahan belum ada semenit langsung kaget dan mulai deh pada angkat gue ke ruang bersalin. Persiapan lahiran sambil nunggu asisten bidan datang (nah lo, bu asisten dibangunin malem-malem haha lagian nggak stand by siiihh). Setelah beberapa kali mengejan dengan disemangati Nyokap dan suami gue, akhirnya paass jam 3 atau 4 pagi (lupa wkwk) tanggal 20 Sept 2016 lahirlah anak pertama kami, Sebenar-benar wanita yang solehah dan cerdas, begitulah kurang lebih arti nama yang kami berikan. Bersyukur juga suami nggak pernah lepas dari pandangan gue selama proses kontraksi dan melahirkan. Sangat-sangat bersyukur, alhamdulillah...
Setelah 2 bulan melahirkan dan menghabiskan sisa cuti sekaligus dapat ART yang bisa momong bayi, gue balik lagi ke Jakarta, lebih tepatnya ke rumah baru. Selama 4 bulan gue kerja, ternyata gue merasa bahwa gue nggak sanggup lagi bekerja dan ninggalin anak buat kerja sampai malam. Mulai deh naluri keibuan gue semakin kuat dan lebih kuat lagi tiap hari. Akhirnya, gue resign setelah 4 bulan kerja dari cuti panjang gue itu untuk ngurus anak dan rumah sendiri. Karena gue nggak siap suatu saat anak gue lebih milih yang momong ketimbang sayang-sayangan ama gue. Gue nggak siap, ketika anak gue semakin pinter bukan dari gue tapi dari orang lain. Gue nggak siap, ketika dengar anak gue mengucapkan kata-kata yang nggak seharusnya dia ucapkan dengan mulut mungilnya karena kelalaian orang lain. Dan .. dan.. dan.. lainnya. Masih banyak pertimbangan lagi. Yang jelas gue pengen menjadi ibu yang seharusnya, menjadi madrasah pertama anaknya. Dan yang gue yakini sampai sekarang, Allah sudah memberikan porsi rejeki kepada setiap orang tanpa terkecuali. Jadi percaya saja, banyak jalan kok.
Finally, sampai sekaranglah gue rawat sendiri anak gue, sambil ngurus rumah, ngurus suami, sambil nerusin hobi, sambil berjualan buat tambahan dikit-dikit (paling enggak bisa beli sendiri yang dipengen). Lebih sibuk sih kayaknya, tapi lebih nyaman dan lebih senang. Yahhh,, begitulah I'm not a carrier woman anymore, but I'm a mother with my happy life. Inshaa Allah... Aamiin... 🙏🙏🙏
Keluarga Cemara (part 4)
Rejeki Allah ternyata nggak sampai disitu, gue dapat pekerjaan baru sebagai Business Analyst di anak perusahaan Mitsubitsi Corporate Tokyo. Ya, alhamdulillah ada peningkatan level dan tentunya finasial. Dan waktu itu belum tau kalau ternyata gue hamil, seminggu setelah bekerja di tempat yang baru ini, baru gue testpack ternyata positif. Masya Allah... campur aduk dong pastinya. Kehamilan gue ini alhamdulillah juga dipermudah, sama sekali nggak ada rewel. Ya, paling morning sickness biasa, nggak parah kok. Dan lagi, tiap hari gue antar jemput bonceng pakai sepeda motor loh. Waktu itu, pernah dirawat sekali karena HB-nya rendah banget, jadi mau nggak mau harus inject HB lewat infus. Sempat kena gejala tipus juga kalau nggak salah, tapi nggak sampai dirawat, cuma lemes aja sih (secara kan berdua jadi makin lemes).
Tapi daripada soal nggak enak, lebih banyak cerita enaknya kok pas hamil. Di kehamilan yang ke 3 bulan, gue pertama kalinya dapat kesempatan jadi pengisi/narasumber di acara Talkshow tentang keterkaitan jurusan dan dunia pekerjaan untuk memicu adik-adik angkatan di almamater gue, FTI UKSW. Cerita lagi pas gue hamil, yang gue inget banget waktu itu pas hamil besar, kebetulan project pas mau Live, mau nggak mau kami se-team project lembur 2 hari 2 malam, syukurnya dapet hotel sih dan sempat-sempatnya pada karaoke dulu (pengalaman project terenak dan teranarkis hahaha). Begitulah pengalaman menakjubkan gue di masa-masa kehamilan.
Balik lagi soal rumah, kehamilan gue pun memicu kami untuk segera punya rumah sendiri. Karena kami mau, ketika anak kami lahir kami sudah tinggal di tempat yang lebih layak, rumah kami sendiri. Akhirnya, di kehamilan gue yang ke 5 bulan kamk ambil KPR rumah di Kab. Bogor yang kami tempati sampai sekarang. Meskipun rumah yang kami ambil itu rumah ready stok, tapi kami perlu menunggu kurang lebih 2 bulan untuk siap ditempati. Gue pun akhirnya, tetap tinggal di kost sampai waktu melahirkan, baru deh pindah ke rumah baru setelah melahirkan. Di kehamilan 8 bulanan, gue memutuskan untuk cuti dan balik ke Salatiga untuk melahirkan di Salatiga aja. Ini karena semua keluarga ada di Salatiga, terutama kedua ortu gue sama suami juga.
Tibalah waktu melahirkan. Tanggal 19 September 2016 pagi gue udah mulai mules mules dari bangun tidur. Dari yang jarak se-jam sampai jarak 15 menitan di jam 10an pagi. Saat itu juga gue whatsapp suami, dan alhamdulillah suami cekatan langsung terbang ke Semarang lanjut naik bis ke Salatiga. Baby gue kayaknya sengaja nungguin Abi-nya. Selama Abi-nya belum datang, kontraksi gue masih dijarak 5 menitan. Sampai akhirnya suami gue datang jam 8 malam, mulai deh kontraksi yang hitungan semenit sekali sampai itungan detik, Masya Allah rasanyaaaa... Jam 12 malam gue udah nggak tahan minta dianter ke bidan yang jebetulan dekat rumah cuma beda gang. Pengalaman melahirkan luar biasa memang...
Lanjut next part yuukk, takut ilang lagi hahaha
Keluarga Cemara (part 3)
Oh iya, bagi yang mau tau vendor-vendor yang gue pakai bisa komen atau DM aja yaa ke email hehe (sok-sok an).
Keluarga Cemara (part 2)
Acara lamaran, alhamdulillah berjalan lancar dan khidmat. Dari sejak saat itu gue mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan. Mulai dari cari vendor, dan segala pritilannya. Akhirnya gue bikin list deh biar gak ada yang kelewat karena gue nggak mau bolak balik Jakarta-Salatiga cuma karena ada yang kelewatan dikit aja (saran sih buat yang mau nikah, checklist itu penting banget). Checklist ini ngebantu banget deh buat gue tau mana yang udah dan mana yang belum ditangani. Alhamdulillah, semua sodara terutama kakak-kakak gue ngebantuin tak terkecuali. Di proses inilah gue juga tersadar satu hal, bahwa Allah sungguh Maha Besar adanya. Janji-Nya sungguh nyata. Semua persiapan gue menuju ibadah kehalalan ini pun diberi kelancaran. Bahkan, Bokap gue yang dikenal sangat protektif dan keras (semua orang juga tau haha) apalagi sama anak perempuannya pun jadi nurut dan ngikut sama semua rencana yang gue kasih. Beda banget deh dibanding sama pas nikahan kakak gue, makanya gue agak takut dan hati-hati banget sih tiap ambil keputusan. Tapi, alhamdulillah, rasa syukur gue semakin besar dan gue semakin percaya kalau Allah SWT nggak pernah mengabaikan setiap doa hamba-Nya yang tulus dan bersungguh-sungguh, termasuk doa untuk mendapatkan jodoh yang terbaik menurut versi Allah. Ya terbukti sih, selain semua diberi kelancaran, Allah juga mengirimkan lelaki yang bertanggung jawab, sabar luar biasa, baik hati (aamiin). Dan bonus ganteng (menurut gueee, jangan nyolot dulu yeee haha, itupun kalo bener-bener diperhatiin, ahahaha piss ah suamikuuhh).
Ya siapa yang bisa sangka kan, ternyata jodoh kita selama ini ada di dekat kita, bukan orang yang kita inginkan sih, tapi orang yang Allah kirimkan buat kita (eciee cieee sweet banget deh ah gue, kasih bonus ya mas suami udah gue puji mulu nih hahahaha) dan pada akhirnya kita inginkan.
Oke lanjut ke persiapan nikah yaa. Sebagian besar memang gue serahin ke dua kakak perempuan gue buat ngurusin di Salatiga, karena acara semua di Salatiga, jadi gue juga cari vendor-vendor di Salatiga aja. Palingan gue yang ngomong duluan sama vendor, setelahnya gue serahin ke kakak-kakak gue. Yang gue beli di Jakarta cuma kain untuk bridemaids dan kaftan untuk kembaran di acara pengajian sih waktu itu. Sedangkan, kain untuk among tamu dan keluarga dibeli kakak di Solo, termasuk kotak seserahan (karena disuruh pilih sendiri sama maa pacar waktu itu). Oh iya, yang jadi cerita unik juga nih masalah souvenir. Bikin sendiri loohh (kakak gue sih, gue cuma nerusin sisanya pas udah cuti hahaha). Gue bikin bros untuk souvenir pernikahan dan merangkai souvenir berupa alat mandi untuk acara siraman. Thats all. Selebihnya, untuk make up, foto dan video, dekorasi, sound system, hiburan, catering semua kita serahin ke vendor.
Dan prosesi pernikahan pun dilaksanakan pada tanggal yang sudah ditentukan.
Cerita selanjutnya tunggu next part yaahhh.. hihi
Keluarga Cemara (part 1)
Curhat dikit ya guys sebelumnya,, kemarin gue udah selese nulis donk.. panjang lebar tinggi ampun deehhh ilang begitu ajaaaa... padahal udah gue save dulu sebelum publish,, kayaknya karena kepanjangan. Jadi, gak mau kayak kemarin lagi udah capek-capek nulis dan ngluarin uneg-uneg ternyata gagal, so sekarang gue kasih part aja yaa.. have a nice read (halah.. cium)
*******
Its been 4 years guys.. Are you serious?? hahaha
Gue udah tambah tuwir nih (oops).
Di postingan gue kali ini setelah 4 tahun menghilang dari dunia blogger (ketauan jadulnya ya, secara.. sekarang udah jamannya vlogger. bodo amat haha yang penting hepi) gue cuma mau posting lebih tepatnya sharing aja sih (ceileh udah kayak ibu-ibu sosialita haha) tentang kehidupan gue selama 4 tahun belakangan yahh. Yang jelas gak mungkin rinci sih karena bakal panjang banget, jadi gue ceritain garis besarnya aja ya.
Once upon a time (halah), jadi dari postingan gue terakhir itu gue menjalani hari-hari gue sebagai seorang yang "normal". Why "normal"? yaahh,, setelah sekian lama menjomblo ya guys akhirnya, finally, gue punya pacar dan menjalani kehidupan "normal" seperti pandangan orang-orang, karena kalau buat gue pribadi sih mau punya pacar atau enggak tetep normal tuh haha. Yah tapi paling enggak sekarang gue udah ngerasain punya pacar dan gue menikmati prosesnya sebagai tahap pengenalan satu sama lain. Hubungan kami alhamdulillah gak ada hambatan berarti, lancar dan baik-baik aja. Dan 6 bulan setelah postingan terakhir pula diadakan acara lamaran setelah sebelumnya keluarga kami saling berkenalan. Nah lucunya nih, sebenernya acara perkenalan itu hanyalah acara non-formal biasa aja (just kenalan, makan malam, udah) nggak pengen ngomongin hal serius apapun. Niat dari keluarga mas pacar hanya pengen tau saya siapa, anak siapa gitu. Karena emang baru kali ini mas pacar ngenalin cewek secara serius ke orang tuanya. Eehhh,, ternyata bokap gue udah punya rencana donk,, nanyain kesiapan kami buat melangkah ke jenjang yang lebih serius daaann nanyain persetujuan kakak gue juga yang belum nikah buat dilangkahin dulu (pada akhirnya gue nglangkahin satu kakak perempuan gue, doain semoga doi segera dipertemukan jodohnya juga ya guys, plisss). Nah, dari obrolan itu juga bokap mas pacar jadi kepancing ngomongin tanggal (ebuset, jebakan batman dah kita haha). Yah, begitulah pertemuan singkat keluarga kami yang akhirnya membuat kami menentukan tanggal lamaran. Dan terjadilah lamaran itu.
Mau tau kelanjutannya? Next part yaahh (cium satu-satu haha).